Kamis, 14 Juli 2011

bahasa dan otak

Dalam manusia, itu adalah otak kiri yang biasanya berisi bahasa daerah khusus. Sementara ini berlaku untuk 97% dari tangan kanan orang, sekitar 19% dari http://www.blogger.com/img/blank.giforang kidal memiliki area bahasa mereka di belahan kanan dan sebanyak 68% dari mereka memiliki beberapa kemampuan bahasa baik di kiri dan belahan kanan.

Otak bertindak sebagai "pusat komando" untuk bahasa dan komunikasi, mengendalikan komponen baik fisik dan mental berbicara. Langkah yang memicu pidato: Banyak daerah otak bekerja sama untuk mengontrol kemampuan bicara, seperti yang digambarkan. Daerah khusus yang digunakan sedikit berbeda untuk membaca keras-keras atau terlibat dalam percakapan. Korteks visual (1A) yang terlibat ketika membaca keras sementara korteks pendengaran (1B) mendominasi selama percakapan. Gambar Kredit: Zina Deretsky, National Science Foundation
Kedua belahan diperkirakan berkontribusi pada pengolahan dan pemahaman bahasa: otak kiri memproses arti linguistik prosodi (atau, irama, stres, dan intonasi berbicara terhubung), sedangkan belahan kanan proses emosi yang disampaikan oleh prosodi. Studi anak-anak telah menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki kerusakan otak kiri, anak dapat mengembangkan bahasa di belahan kanan, bukan. Semakin muda anak, semakin baik pemulihan. Jadi, meskipun "alam" adalah kecenderungan untuk bahasa untuk mengembangkan di sebelah kiri, otak manusia mampu beradaptasi dengan keadaan yang sulit, jika kerusakan terjadi cukup dini.

Dalam pembicara (kanan), otak mengontrol semua aspek mental dan fisik dari berbicara. Kedengarannya mulai sebagai napas dikeluarkan dari paru-paru. Pada perjalanannya ke mulut, udara bergetar karena dipaksa melalui pita suara. Mulut, hidung dan lidah memodifikasi ini udara bergetar untuk membentuk gelombang suara. Ekspresi wajah dan gerak tubuh juga memainkan peran dalam komunikasi. Dalam pendengar (kiri), gelombang suara masukkan telinga dan kemudian dianalisis menjadi kata-kata oleh otak. Gambar Kredit: Zina Deretsky, National Science Foundation
Wilayah bahasa pertama dalam belahan kiri untuk ditemukan sebenarnya adalah wilayah Broca, yaitu setelah Paul Broca, yang menemukan daerah itu selama belajar pasien dengan afasia, gangguan bahasa. Area Broca tidak hanya menangani mendapatkan bahasa dalam arti motor, meskipun. Tampaknya menjadi lebih umum terlibat dalam kemampuan untuk proses tata bahasa sendiri, setidaknya aspek yang lebih kompleks dari tata bahasa. Misalnya, menangani membedakan kalimat dalam bentuk pasif dari kalimat subjek-verba-objek sederhana - perbedaan antara "Anak itu terkena gadis itu" dan "Gadis itu memukul anak itu."
Area bahasa kedua yang ditemukan disebut area Wernicke, setelah Carl Wernicke, seorang ahli saraf Jerman yang menemukan daerah itu selama belajar pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien Area Broca tetapi kerusakan pada bagian berbeda dari otak mereka. Aphasia Wernicke adalah istilah untuk gangguan yang terjadi pada kerusakan ke daerah pasien Wernicke.
Aphasia Wernicke tidak hanya mempengaruhi pemahaman berbicara. Orang dengan aphasia Wernicke juga mengalami kesulitan mengingat nama benda, sering kali merespons dengan kata-kata yang terdengar serupa, atau nama-nama benda yang terkait, seolah-olah mereka mempunyai waktu yang sulit mengingat asosiasi kata.

Apakah binatang dapat berbicara?

Pertanyaan inilah yang biasanya di pikirkan oleh orang-orang yang selalu berfikir kritis. Kalau menurut kalian apakah binatang itu bisa berbicara seperti yang dilakukan manusia? (Terserah apapun pendapat anda saya akan tetap menghargainya).

Apa iya binatang itu mempunyai bahasa tersendiri?
Kalau menurut saya mungkin saja karena ada bukti-bukti yang sangat kuat di tangan saya (hehehe kayak polisi aja punya bukti segala). Silahkan baca cuplikan alasan di bawah

Saya memilih bahwa mungkin saja binatang dapat berbicara karena jika kita perhatikan anak ayam atau anak kambing yang kehilangan induknya maka anak kambing/anak ayam tersebut akan mengeluarkan suara yang mempunyai makna kira-kira seperti ini "Bunda kamu lagi ada dimana" atau mungkin maknanya seperti ini "Woy mak dimanako sekarang" (hehehe sok tahu).

Bagaimana apa kalian belum percaya kalau binatang itu dapat berbicara?
Okay jika kalian masih belum percaya bahwa sebenarnya hewan itu dapat berbicara aku akan menambahkan salah satu bukti lagi untuk memperkuat pendapat saya. Apa kalian kenal sama nabi sulaiman? (jelas kamu gak kenal lah wong kalian itu belum lahir, wkwkwk). Nabi sulaiman itu diberi kuasa oleh Allah SWT untuk dapat berbicara dengan hewan jadi Nabi sulaiman itu menguasai seluruh bahasa hewan (dari yang paling kecil sampai yang paling besar). Jadi apa kalian masih bisa mengelak bahwa binatang itu dapat bicara.

Kesimpulan:
BINATANG ITU DAPAT BERBICARA

Asal-usul Bahasa

Kendati setiap manusia berbahasa dan melalui bahasa mereka dapat berinteraksi dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, tidak banyak orang memberikan perhatian pada asal usul bahasa. Orang hanya take for granted bahwa bahasa hadir bersamaan dengan kehadiran manusia, sehingga di mana ada manusia, di situ pula ada bahasa. Jadi bahasa adalah given. Orang mulai menanyakan asal mula bahasa ketika ada persoalan mengenai hubungan antara kata dan makna, tanda dan yang ditandai, hakikat makna, dan perbedaan makna kata yang mengakibatkan kesalahpahaman. Para ahli lebih memberikan perhatian pada bentuk bahasa, ragam bahasa, perubahan bahasa, wujud bahasa, struktur bahasa, fungsi bahasa, pengaruh bahasa, perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, perolehan bahasa, evaluasi dan sebagainya daripada melacak sejarah kelahirannya. Padahal dengan mengetahui sejarah kelahirannya akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang bahasa.

Sebenarnya studi tentang bahasa, termasuk tentang asal usul bahasa atau glottogony sudah lama dilakukan para ilmuwan, seperti sosiolog, psikolog, antropolog, filsuf, bahkan teolog. Tetapi karena pusat perhatian para ilmuwan tersebut berbeda-beda, maka tidak diperoleh pengetahuan yang memadai tentang asal usul bahasa. Yang diperole justru pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu bahasa, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolingusitik, filsafat bahasa dan sebagainya. Seolah tak mau ketinggalan dengan para ahli sebelumnya, belakangan para neurolog dan geolog juga mengkaji bahasa, sehingga muncul ilmu neurolinguistik dan geolinguistik. Belakangan para ahli komunikasi juga menjadikan bahasa sebagai pusat kajian. Secara mikro, lahir ilmu seperti fonologi, morfologi, sintak, semantik, gramatika, semiotika dan sebagainya Tidak mengherankan bahwa bahasa akhirnya menjadi bahan kajian para ilmuwan dari berbagai disiplin. Ini sekaligus membuktikan bahwa bahasa menjadi demikian penting dalam kehidupan manusia. Tidak berlebihan jika seorang filsuf hermeneutika kenamaan Gadamer mengatakan bahwa bahasa adalah pusat memahami dan pemahaman manusia. Sebab, melalui bahasa akan diketahui pola pikir, sistematika berpikir, kekayaan gagasan, kecerdasan, dan kondisi psikologis seseorang.
Namun demikian asal usul bahasa atau sejarah bahasa tetap obscure dan studi tentang asal usul bahasa tidak sesemarak bidang-bidang kebahasaan yang lain. Mengapa? Jawabannya sederhana dan spekulatif. Sebab, karena tidak terdapat bukti yang cukup untuk menyimpulkan kapan sejatinya pertama kali bahasa digunakan oleh manusia, siapa yang memulai dan bagaimana pula memulainya.

Alih-alih menyimpulkan kapan bahasa pertama kali digunakan manusia, para ahli bahasa justru sepakat bahwa tidak seorang pun mengetahui secara persis kapan bahasa awal mula ada, di mana, bagaimana membuatnya dan siapa yang mengawalinya. Ungkapan yang lazim mengatakan bahwa sejarah bahasa dimulai sejak awal keberadaan manusia. Dengan demikian, sejarah bahasa berlangsung sepanjang sejarah manusia. Ada sedikit informasi dari para peneliti sejarah bahasa yang menyimpulkan bahwa bahasa muncul pertama kali kurang lebih 3000 SM. Inipun dianggap kesimpulan yang spekulatif dan tanpa bukti yang kuat.

Karena hasil studi tentang asal usul bahasa dianggap tidak pernah memuaskan, malah ada yang bersifat mitos dan main-main, maka menurut Alwasilah (1990: 1) pada 1866 Masyarakat Linguistik Perancis pernah melarang mendiskusikan asal usul bahasa karena hasilnya tidak pernah jelas dan hanya buang-buang waktu saja. Perhatian dan waktu lebih baik dipusatkan untuk mengkaji bidang-bidang lain yang hasilnya jelas dan tidak spekulatif, seperti bidang kedokteran, biologi, fisika, astronomi dan sebagainya.

Namun demikian, terdapat beberapa teori tentang asal usul bahasa, di antaranya bersifat tradisional dan mistis. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa bahasa adalah hadiah para dewa yang diwariskan secara turun temurun kepada manusia, sebuah ungkapan yang sulit diterima kebenarannya secara ilmiah dan nalar logis. Namun menurut Pei (1971: 12) pada kongres linguistik di Turki tahun 1934 muncul pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Turki adalah akar dari semua bahasa dunia karena semua kata dalam semua bahasa berasal dari giines, kata Turki yang berarti “matahari”, sebuah planet yang pertama kali menarik perhatian manusia dan menuntut nama. Kendati kebenarannya masih dipertanyakan banyak kalangan, pendapat tersebut tidak berlebihan. Sebab, dari sisi penggunanya bahasa Turki dipakai tidak saja oleh orang Turki, tetapi juga oleh masyarakat di negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Tajikistan, Ubekistan, Armenia, Ukraina, dan sebagainya.

Sebuah hipotesis tentang teori bahasa yang didukung oleh Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa bahasa hakikatnya lisan dan terjadi secara evolusi, yakni berawal dari pantomime-mulut di mana alat-alat suara seperti lidah, pita suara, larynk, hidung, vocal cord dan sebagainya secara reflek berusaha meniru gerakan-gerakan tangan dan menimbulkan suara. Suara-suara ini kemudian dirangkai untuk menjadi ujaran (speech) yang punya makna. Masih menurut Darwin kualitas bahasa manusia dibanding dengan suara binatang hanya berbeda dalam tingkatannya saja. Artinya, perbedaan antara bahasa manusia dan suara binantang itu sangat tipis, sampai-sampai ada sebagian yang berpendapat bahwa binatang juga berbahasa. “All social animals communicate with each other, from bees and ants to whales and apes, but only humans have developed a language which is more than a set of prearranged signals”. .
Bahasa manusia seperti halnya manusia sendiri yang berasal dari bentuk yang sangat primitif berawal dari bentuk ekspresi emosi saja. Contohnya, perasaan jengkel atau jijik diekspresikan dengan mengeluarkan udara dari hidung dan mulut, sehingga terdengar suara “pooh” atau “pish”. Oleh Max Miller (1823-1900), seorang ahli filologi dari Inggris kelahiran Jerman, teori ini disebut poo-pooh theory, kendati Miller sendiri tidak setuju dengan pendapat Darwin (Alwasilah, 1990: 3).

Sebagian yang lain berpendapat bahwa bahasa awalnya merupakan hasil imajinasi orang dengan melihat cara jenis-jenis hewan atau serangga tertentu berkomunikasi. Misalnya, kumbang menyampaikan maksud kepada sesamanya dengan mengeluarkan bau dan menari-nari di dalam sarangnya. Semut berkomunikasi dengan antenenya.

Ada juga teori “bow-wow” yang mengatakan bahwa bahasa muncul sebagai tiruan bunyi-bunyi yang terdengar di alam, seperti nyanyian burung, suara binatang, suara guruh, hujan, angin, ombak sungai, samudra dan sebagainya, sehingga teori ini disebut echoic theory. Jadi tidak berevolusi sebagaimana aliran teori Darwinian di atas. Menurut teori “bow-wow” ada relasi yang jelas antara suara dan makna, sehingga bahasa tidak bersifat arbitrer. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada kata-kata seperti: menggelegar, bergetar, mendesis, merintih, meraung, berkokok dan sebagainya. Contoh lainnya, misalnya, oleh sebagian masyarakat anjing disebut sebagai “bow-wow” karena ketika menyalak suaranya terdengar “bow-wow”.

Dengan berpikir praktis, orang menamai binatang yang menyalak itu sebagai “bow-wow”.
Mirip teori “bow-wow”, ada juga teori “ding-dong” atau disebut nativistic theory, yang dikenalkan oleh Muller, yang mengatakan bahwa bahasa lahir secara alamiah. Teori ini sama dengan pendapat Socrates bahwa bahasa lahir secara alamiah. Menurut teori ini manusia memiliki kemampuan insting yang sangat istimewa dan tidak tidak dimiliki oleh makhuk yang lain, yakni insting untuk mengeluarkan ekspresi ujaran ketika melihat sesuatu melalui indranya. Kesan yang diterima lewat bel bagaikan pukulan pada bel hingga melahirkan ucapan yang sesuai. Misalnya, sewaktu manusia primitif dulu melihat serigala, maka secara insting terucap kata “Wolf”.
Ada juga teori “pooh-pooh” yang mengatakan pada awalnya bahasa merupakan ungkapan seruan keheranan, ketakutan, kesenangan, kesakitan dan sebagainya. Ada teori “yo-he-ho” yang mengatakan bahasa pertama timbul dalam suasana kegiatan sosial di mana terjadi deram dan gerak jasmani yang secara spontan diikuti dengan munculnya bahasa. Misalnya, ketika sekelompok orang secara bersama-sama mengangkat kayu atau benda berat, secara spontan mereka akan mengucapkan kata-kata tertentu karena terdorong gerakan otot.

Ada juga teori “seng-song” yang mengatakan bahasa berawal dari nyanyian primitif yang belum terbentuk oleh kelompok masyarakat. Selanjutnya nyanyian tersebut dipakai untuk menyampaikan maksud atau pesan dan membentuk struktur yang teratur walau sangat sederhana. Nenek moyang kita jutaan tahun lalu berbahasa dengan kosa kata dan tatabahasa yang sangat terbatas. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sistem lambang ini pun berkembang hingga akhirnya lahir bahasa tulis. Lewat bahasa tulis, peradaban manusia berkembang menjadi demikian pesat. Dengan demikian, bahasa terbentuk dan berkembang secara evolutif
Berbeda dengan aliran-aliran primitif tersebut di atas, para filsuf Yunani kuno, seperti Pythagoras, Plato, dan kaum Stoika berpendapat bahwa bahasa muncul karena “keharusan batin” atau karena “hukum alam”. Disebut “keharusan batin”, karena bahasa hakikatnya adalah perwujudan atau ekspresi dunia batin penggunanya. Lihat saja bagaimana bahasa seseorang ketika sedang marah, bahagia, gelisah dan sebagainya. Semuanya tergambar dalam bahasa yang diucapkan.

Pendapat yang cukup masuk akal dan menjadi dasar pemahaman orang tentang makna bahasa sampai saat ini muncul dari filsuf seperti Demokritus, Aristoteles, dan kaum Epikureja yang mengatakan bahwa bahasa adalah hasil persetujuan dan perjanjian antar-anggota masyarakat. Sebab, sifat dasar manusia adalah keinginannya berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk itu, mereka memerlukan sarana atau alat komunikasi. Tetapi pertanyaannya adalah bagaimana orang melakukan perundingan atau persetujuan atas sesuatu sementara mereka belum memiliki alat untuk itu. Apakah hanya menggunakan isyarat dengan anggota badan? Sayangnya, teori ini berhenti sampai di sini.

Kendati teori tentang asal mula bahasa masih kabur dan demikian beragam, dari yang bersifat mitos, religius, mistis sampai yang agak ilmiah, menurut Hidayat (1996: 29) secara garis besar terdapat tiga perspektif teoretik mengenai asal usul bahasa, yakni teologik, naturalis, dan konvensional. Aliran teologik umumnya menyatakan bahwa kemampuan berbahasa manusia merupakan anugerah Tuhan untuk membedakannya dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Dalam al Qur’an (2: 31) Allah dengan tegas memerintahkan Adam untuk memberi nama benda-benda (tidak menghitung benda). Para penganut aliran ini berpendapat kemampuan Adam untuk memberi nama benda disebut tidak saja sebagai peristiwa linguistik pertama kali dalam sejarah manusia, tetapi juga sebuah peristiwa sosial yang membedakan manusia dengan semua makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Tak bisa dipungkiri bahasa kemudian menjadi pembeda yang sangat jelas antara manusia (human) dengan makhluk yang bukan manusia (non-human).
Tentu saja pendapat ini bersifat dogmatis dan karenanya tidak perlu dilakukan kajian secara ilmiah dan serius tentang asal usul bahasa. Kehadiran bahasa diterima begitu saja, sama dengan kehadiran manusia yang tidak perlu dipertentangkan. Karena bersifat teologik, maka aliran ini terkait dengan keimanan seseorang. Bagi yang beragama Islam perintah Allah kepada Adam di atas harus diterima sebagai kebenaran, karena tersurat dengan jelas di dalam kitab suci al Qur’an. Sisi positif aliran ini adalah kebenarannya bersifat mutlak dan karenanya tidak perlu diperdebatkan karena berasal dari Allah. Tetapi sisi negatifnya ialah aliran ini menjadikan ilmu pengetahuan tentang bahasa tidak berkembang. Sebab, tidak lagi ada kajian atau penelitian tentang asal usul bahasa. Padahal, penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sangat penting untuk menjelaskan dan mencari jawaban atas berbagai fenomena alam, sosial, dan kemanusiaan termasuk fenomena bahasa. Lebih dari itu, penelitian merupakan aktivitas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Tidak pernah ada ilmu pengetahuan berkembang tanpa penelitian. Hampir semua ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dibarengi dengan kegiatan penelitian secara intensif. Misalnya, ilmu kedokteran, biologi, fisika, astronomi dan sebagainya.Kemajuan pesat pada ilmu-ilmu itu beberapa dasawarsa belakangan ini karena kegiatan penelitian yang begitu intensif di bidang itu.

APA BAHASA ITU?

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).


Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.
Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.

Rabu, 13 Juli 2011

kisi-kisi ujian

1.istilah syntax n posisi:chomsky said syntax is the study of the prinsiples and proceses by which sentences are contructed an particular language while mathew said syntax is arrangement.it refers to the branch of grammer.it this position of syntax in language learning.
phonetics~phonology~morphology~syntax~semantics~paragmatics~text
8.fungsi otak:~beta=12~19hz,where we are full activity,when we do anything and interection/connect with other and its good for learning
~alpha=(8hz~12hz).it is brain waves when human do relaxaction or rest with signs eyes begin clouse or sleepy,it is producted every will sleep.so betwen conciously or not
~theta=(4~8hz).it's happen when human is sleeping.its sign respiration begin slows,brainwaves' theta too populer as ''megiction wives" because there is strong of spesific,it's happen when we are pray to god

Minggu, 10 Juli 2011

the position

Sentence:The puppy found the child
PrepoPhrase:in the cupboard,with a gun
Verb :find,have,sleep,bite
adj :red,smart,lazy
pron:they,we,i,you,he,she,it
prepo:at,in,on,to,with
art:the,a

Kamis, 07 Juli 2011

ANALYZE THE TEXT BELOW USING X-BAR THEORY

ACCENT REDUCTION
Many ESL learners are concerned about eliminating their accents, but before you run out and spend hundreds of dollars on the latest pronunciation course, let me give you some things to think about.

First, the main goal of any pronunciation course should be to focus on accent reduction, not accent elimination, which is virtually impossible. Rather, students should work on reducing areas of their pronunciation that affect comprehensibility, that is, areas of their accents that make it difficult for native speakers to understand them.

Second, with this goal in mind, students need to be able to identify which specific areas of pronunciation give them the most trouble. Of course, there are universal areas of pronunciation that affect specific language groups, and reading up on these commonalities will help you. Furthermore, if you take a class on pronunciation, the teacher probably will ask you to record a speech sample which can be analyzed to check which specific areas you need to work on, for example, vowel and consonant sounds, word and sentence stress, and word reductions, and linking, and intonation.

Finally, you need to practice these features in different situations, from very structured exercises to extemporaneous speech. In other words, let's say you are focusing on past tense, -ed endings (e.g., worked, played, constructed, learned, etc.). The first step would be able to recognize and produce the corrected pronunciation of the endings of each word in isolation by repeating them; however, this does not guarantee that you will be able to use them in natural conversation. Thus, you might want to record yourself talking about the past weekend and what you did---again, using past tenses. Rewind the recording and check to see how well you formed the verbs and if you pronounced them correctly.

Just remember that improving your pronunciation will take a lot of patience and commitment.


artinya

PENGURANGAN AKSEN
Banyak ESL pelajar adalah memperhatikan penghapusan aksen mereka, tetapi [sebelum/di depan] kamu pergi keluar dan membelanjakan beratus-ratus dolar pada [atas] pengucapan kata-kata kursus yang terakhir, beri aku kesempatan memberi mu beberapa hal-hal untuk memikirkan.

Pertama, gol yang utama tentang segala pengucapan kata-kata kursus harus untuk memusatkan pada [atas] pengurangan aksen, [yang] bukan penghapusan aksen, yang mana [adalah] hampir mustahil. Melainkan, para siswa perlu bekerja pada [atas] area [yang] yang mengurangi [dari;ttg] pengucapan kata-kata mereka yang mempengaruhi bisa dimengerti, yang [itu] adalah, area [dari;ttg] aksen mereka yang membuat ia/nya [yang] sulit untuk penutur asli untuk memahami [mereka/nya].

Ke dua, dengan gol ini di (dalam) pikiran, para siswa perlu untuk mampu mengidentifikasi area pengucapan kata-kata [yang] spesifik yang (mana) memberi [mereka/nya] itu kebanyakan gangguan. Tentu saja, ada area pengucapan kata-kata [yang] universal yang mempengaruhi kelompok bahasa spesifik, dan pembacaan berdasar pada penggunaan komponen sama ini akan membantu kamu. Lagipula, jika kamu mengambil suatu kelas pada [atas] pengucapan kata-kata, guru [yang] mungkin akan [minta;tanya] kamu untuk merekam suatu contoh pidato/suara yang (mana) dapat dianalisa untuk memeriksa yang (mana) spesifik area [yang] kamu harus bekerja terpasang, sebagai contoh, huruf hidup, vokal dan huruf mati bunyi;serasi, kata dan menghukum tekanan, dan pengurangan kata, dan penghubung, dan intonasi.

[Yang] akhirnya, kamu harus praktek corak ini di (dalam) situasi berbeda, dari latihan [yang] sangat tersusun ke pidato/suara dilakukan tanpa persiapan. Dengan kata lain, mari kita katakan kamu sedang memusatkan pada [atas] past tense, - ed [yang] berakhir ( e.g., yang dikerjakan, dimainkan, dibangun, ter/dipelajari, dll.). langkah Yang pertama akan mampu mengenali dan menghasilkan pengucapan kata-kata [yang] yang dikoreksi (menyangkut) akhiran dari tiap kata di (dalam) pengasingan [oleh/dengan] pengulangan [mereka/nya]; bagaimanapun, tidak menjamin ini yang kamu akan mampu menggunakan [mereka/nya] di (dalam) percakapan alami.

Begitu, kamu mungkin ingin merekam diri anda membicarakan tentang masa lalu akhir pekan dan apa yang kamu did---again, menggunakan past tense TERPOTONG. ALINEA TERLALU BESAR.

Jumat, 17 Juni 2011

sejarah saussure



A.Ferdinand de Saussure Biografi

Lahir 26 November 1857, Jenewa, Switz.-meninggal 22 Februari 1913, Jenewa Swiss ahli bahasa.Meskipun karyanya hanya ditulis muncul ketika ia masih mahasiswa, Saussure menjadi sangat berpengaruh sebagai seorang guru, terutama di Universitas Jenewa (1901-1913.Dua murid-muridnya kembali catatan kuliah dan bahan lainnya Course in General Linguistics (1916), sering dianggap sebagai titik awal dari abad ke-20 linguistik.Dia melihat bahasa sebagai suatu sistem yang terstruktur yang mungkin didekati baik seperti yang ada pada waktu tertentu dan karena perubahan dari waktu ke waktu, dan ia diformalkan prinsip-prinsip dan metode penelitian untuk pendekatan masing-masing.konsep-Nya dapat dianggap sebagai awal dari strukturalisme.
B. DE Saussure dan Semiologi
Setelah De Saussure meninggal (1915), terbit bukunya yang terkenal berjudul Cours de Linguisti1que Generale. Buku yang membawa perubahan mendasar bagi bidang linguistik ini, merupakan catatan peserta kuliah Linguistik umum de Saussure.
Sumbangan de Saussure bagi semiologi pertama-tama adalah penekanan pentingnya suatu ilmu tanda yang tercantum dalam kata pengantar bukunya. Kedua, ia mengembangkan definisi tanda bahasa yang kemudian dikembangkan lagi oleh pengikut strukturalisme dalam suatu sisitem tanda yang lebih luas.
C. Pengertian Dasar Linguistik Umum Ferdinand de Saussure
Pengertian dasar linguistik de Saussure bertolak dari sederetan dikotomi (pasangan definisi yang beroposisi). Adapun yang akan dibahas di sini bukanlah linguistik de Saussure, melainkan inti semiologi yang juga menjadi dasar konsep linguistiknya.
1 Dikotomi “Parole” dan “Lanque”
Menurut de Saussure, langue adalah suatu sistem kode yang diketahui oleh semua anggota masyarakat pemakai bahasa tersebut. Adapun parole adalah penggunaan bahasa secara individual.
Secara implisit dapat ditangkap bahwa langue dan parole beroposisi, tetapi sekaligus juga saling tergantung. Itu berarti bahwa tidak ada yang lebih utama. Di satu pihak sistem yang berlaku dalam langue adalah hasil produksi dari kegiatan parole, dan di lain pihak pengungkapan parole serta pemahamannya hanya mungkin berdasarkan penelusuran sebagai sistem.
2 Dikotomi “Signifiant” (Penanda) dan “Signifie” (Petanda) dalam “Langue”
Salah satu ciri dasar signifiant dan signifie sebagai bagian dari tanda dan tanda itu sendiri adalah sifatnya yang relatif. Justru karena langue adalah suatu sistem, bagian dari tanda itu dan tanda itu sebagai kesatuan, maka langue mendapatkan identitas dari arti hanya karena menjadi bagian dari sistem semacam itu.
Masih berkaitan dengan tanda bahasa, de Saussure berpendapat bahwa ciri dasar tanda bahasa adalah arbitraritas (kesemenaan) absolut. Ini dipertentangkannya dengan tanda bahasa yang mempunyai motivasi. Tanda bahasa jenis itu disebutnya simbol.
Arbitraritas tanda bahasa ini tercermin dalam pembentukan signifiant dan signifie secara sembarangan. Bertentangan dengan itu pada simbol ada kaitan antara signifiant dan signifie.
Dalam perkembangan pengertiannya untuk de Saussure, tanda adalah simbol, sedangkan simbol di bidang semiotika dalam pengertian de Saussure disebut ikon.
3 Dikotomi antara Sintagma dan Paradigma
Ciri dasar lain dari langue adalah susunannya yang linear dan berlangsung dalam waktu. Ini membedakannya dari sistem yang tanda-tandanya bersifat ruang. Hubungan dari penanda akuistis ini hanya ada dalam garis waktu karena unsur-unsurnya dilafalkan satu persatu dan membentuk suatu rangkaian. Jenis hubungan semacam ini disebut de Saussure sintagma. Sintagma dipertentangkannya dengan hubungan asosiatif dari tanda serupa yang dapat dipertukarkan dalam sintagma. Hubungan asosiatif dari tanda disebutnya paradigma.
Aspek sintagma dan paradigma bahasa harus dibedakan dari aspek perkembangan waktu. Dengan melihat perkembangan sepanjang masa, kita mengkaji bahasa dengan pendekatan diakronis. Di lain pihak dengan mengkaji bahasa pada suatu masa tertentu, kita mengkaji dengan pendekatan sinkronis.
Di mulai dengan dikotomi perole dan langue, de Saussure membedakan aspek intern dan ekstern dari linguistik. Sifat sistem intern bahasa digambarkannya melalui pembentukan satuan dalam oposisi dari penanda dan petanda, yang mendapatkan identitasnya melalui posisinya dalam struktur sistem tersebut. Tanda bahasa dibedakan de Saussure antara tanda bahasa semena absolut, tanda bahasa yang tidak semena absolut, dan tanda bahasa bermotivasi yang merupakan simbol. Sintagma linear bahasa, yang bersifat waktu, dipertentangkannya dengan asosiasi paradiogma yang susunannya bersifat ruang.
D. Generalisasi Pengerian Dasar Semiologi Dewasa ini
Untuk dapat memberi gambaran dari keadaan semiologi dewasa ini perlu disinggung pokok-pokok lain yang memperluas pengertian-pengertian yang telah dimulai de Saussure.
“Parole”, Isyarat, dan Instrumen
Dalam generalisasi de Saussure terbukti bahwa kegiatan bicara (parole) memegang peranan penting. Melalui kegiatan bicara yang bersifat kongkret terbentuk suatu sisitem bahasa yang bersifat abstrak. Semiologi seperti halnya linguistik terjadi dalam praktik komunikasi.
Dalam semiologi di bidang komunikasi, Buyssens dan Prieto menggunakan istilah isyarat untuk parole. Maksudnya adalah fakta yang langsung dapat ditangkap, dan di samping itu masih memberikan informasi tambahan tentang fakta-fakta lain yang tidak dapat ditangkap secara langsung. Semua isyarat komunikasi juga merupakan tada adanya indikasi; indikasi bukkan saja menunjukkan adanya pengiriman, melainkan juga “membocorkan” siapa/apa pengirimnya. Namun, tidak semua indikasi memberi isyarat supaya dipahami.
Manusia dalam kegiatan berkomunikasi menggunaan instrumen. Isyarat adalah hal khusus dalam aksi komunikasi dari sebuah instrumen. Prieto yang dipengaruhi de Saussure, memandang isayarat sebagai kejadian khusus dari realisasi yang bersifat instrumental untuk mewujudkan aksi khusus dari komunikasi.
E.Strukturalisme Ala Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure merupakan filosof kontemporer karena ia muncul pada awal abad keduapuluhan, ia sangat sedikit mempublikasikan karyanya. De Saussure merupakan filosof yang meletakkan dasar linguistic atau ilmu tentang tatabahasa, karena karyanya tersebut de Saussure dapat dikenal dengan ilmu linguistiknya. Sebagai seorang filosof, ia sangat memberikan kontribusi dalam kehidupan manusia sekarang ini, lebih-lebih dalam dunia akademik yani ilmu linguistic.
F.Struktualisme
Strukturalisme adalah cara filsafat yang mendasari semua pemikiran abad modern ini, dan linguistik merupakan salah satu ilmu yang paling sistematis dalam bidang humaniora. Akar strukturalisme adalah filsafat bahasa Saussure yang pada umumnya karyanya diabaikan sampai tahun lima puluhan hingga enam puluhan, ia menangkap makna pengamatan terhadap struktur bahasa, dari pada logika jalan. Pada tahun 1960-an strukturalisme telah menjadi model diparis, bagian dari metode filsafat yang pernah dijuluki “kelokan linguistic”, secara sederhana strukturalisme adalah pandangan bahwa setiap wacana, baik wacana filsafat maupun lainnya adalah sekedar sebuah struktur didalam bahasa tidak lebih. Teks tidak memberikan sesuatu yang lain kecuali teks itu sendiri, tidak ada lainnya dibalik bahasa.
Ferdinand de saussure (1857-1913) telah meletakkan dasar linguistik modern. Dia adalah orang swiss yang untuk beberapa waktu mengajar di paris dan akhirnya menjadi professor di jenewa, dimana ia mendirikan apa yang disebut dengan madzab jenewa. Selama hidupnya ia mempublikasikan sedikit karangannya. Buku yang mengkibatkan namanya menjadi tersohor di bidang linguistik ditebitkan secara anumerta oleh dua orang muridnya dan diberi judul Cours de linguistique general (1916) kursus tentang linguistic umum. Beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik yang diuraiakan dalam buku tersebut. Disini tidak mungkin dan tidak berguna pula mengutarakaan teori Saussure secara keseeluruhan, cukuplah kiranya jika kita membatasi diri pada tiga distingsi atau pembedaan yang untuk pertama kali diperkenalkan de Saussure dan memainkan peran penting sekali dalam strukturalisme, yaitu significant dan signifie, lantas langage, parole, langue, dan akhirnya sinkroni dan diakroni.
Karya yang terkenal dari de Saussure adalah Course in general Linguistic, yang tersusun dari catatan kuliah serta catatan murid-muridnya mungkin bisa dilihat sebagai bagian dari pemenuhan keyakinan de Saussure bahwa bahasa itu sendiri harus ditinjau ulang agar linguistik memiliki landasan yang mantap.
Seperti yang ditunjukkan Course, dalam sejarah linguistik, pendekatan Saussure pada umumnya dianggap menentang dua pandangan kontemporer yang berpengaruh tentang bahasa. Yang pertama adalah yang diusulkan pada tahun 1660 oleh lancelot dan gramaire de port-royal, karya dari arnaud, dimana bahasa dilihat sebagai cerminan pikiran dan didasarkan atas logika universal. Bagi ahli tata bahasa portroyal, pada dasarnya bahasa bersifat rasional. Pandangan kedua dating dari ilmu linguistic abad kesembilan belas, dimana sejarah bahasa tertentu dianggap bisa menjelaskan situasi bahasa pada masa ke masa.
Tanda dan konsep, suatu tanda bahsa bermakna bukan karena refrensinya pada benda dalam kenyataan. Yang ditandakan dalam tanda bahasa bukan benda, melainkan konsep tentang benda, suatu konsep tidak lepas dari tanda bahasa, tetapi termasuk tanda bahsa itu sendiri. Suatu kata adalah bunyi atau coretan, ditambah denagan suatu makna.
Penandaan yang ditandakan, penanda (signifiant) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Significant adalah aspek material dari bahsa, yaitu apa yang diaktakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Yang ditandakan (signifie) adalah gambaran mantal, fikiran atau konsep. Signifie adalah aspek mental dari bahasa. Tanda dan bahasa selalu mempnyai segi yaitu significant dan signifie. Suatu significant tanpa signifie tidak ada artinya dank arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu signifie tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari significant. Yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan demikian merupakan suatu factor linguistic.
Bahasa individual dan bahsa bersama. Gejala bahsa secara umum dinyatakan denag istilah langage. Dalam langage dibedakan antara parole dan langue. Parole dimaksudkan sebagai pemakaian bahsa yang individual. Parole tidak dipelajari oleh linguistic. Linguistic menyelidiki unsure lain dari langage yaitu langue. Langue dimaksudkan sebagai bahsa sejauh milik bersama dari suatu golongan bahsa tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua individu yang berbicara dengan bahasa itu.
Bahasa swebagai bentuk, bahsa bukan subtansi melainkan bentuk. Bahan-bahan yang menyusun suatu bahasa tidak berperan, yang penting dalam bahasa adalah aturan-aturan yang menyusunnya. Yang penting adalah susunan unsure-unsurnya dalam hubungannya satu sama lain, yang penting adalah relasi-relasi dan oposisi-oposisi yang membentuk system tersebut.
Tepat menurut waktu dan menelusuri waktu, bahasa dapat dipelajari menrut dua sudut sinkron dan diskroni, sinkroni berarti “bertepatan menurut waktu” dan diakron “menelusuri waktu”. Diskroni adalah peninjauan historis, sedangkan singkroni menunjukkan pandangan yang lepas dari perspektif historis, singkron adalh peninjauan ahistoris.
Struktur dalam bahasa, istilah struktur berkaitan dengan bahasa sebagai system. Pendekatan structural tentang bahasa mengandung arti pendekatan yang menganggap bahasa sebagai system denagn cirri-ciri tertentu, pemakaian kata “struktur” dalam strukturalisme disertai oleh seluruh konteks yang telah diuraikan yaitu significant-signifie, parole-langue, sinkronidiakroni.
Strukturalisme
Structuralism adalah sebuah kata dari bahasa inggris yakni struere (membangun). Structura berarti bentuk bangunan. Yakni sebuah sudut pandang, filsafat atau gerakan filosofis dewasa ini, ajaran pokoknya adalah semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan yang tetap.
Tujuan
Trend metodologis ilmiah ini menetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek. Strukturalisme dikembangkan oleh beberapa ahli humanoria (linguistic, kritik sastra, psikologi dll). Pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis denagan menggunakan metode-metode riset structural yang dihasilakan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu alam lainnya.
Ciri khas strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan actual objek melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instriknya yang tidak terikat oleh wktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsure-unsur system tersebut melalui pendidikan. Berangkat dari seperangkat fakta yang diamati pada permulaanya, strukturalisme menyingkapi dan melukiskan struktur inti dari suatu objek (hieraerkinya, kaitan timbale balik antara unsure-unsur pada setiap tingkat), dan lebih lanjut menciptakan suatu model teoritis dari objek tersebut.
Daintara factor-faktor yang memajukan perkembangan strukturalisme di dalam bebrapa ilmu ialah diciptakannya semiotic, ide-ide Ferdinand de Saussure dalam linguistic, ide-ide levi-strauss dalam etnologi, dan L.S. vygtsky dan piaget dalam psikologi, serta tampilnaya metalogika dan metamatematika ( Frege, Hillbert).
Bila diterapkan pada ilmu-ilmu individual, metode-metode structural mengakibatkan akibat-akibat positif: misalnya dalam linguistic pendekatan ini membantu membuat suatu deskripsi tentang bahasa yang tidak tertulis, membuat sandi prasati dalam bahasa, dll.
Gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmua alam. Akan tetapi introduksi metode structural dalam bermacam macam bidan pengetahuan menimbulkan upaya yang sia-sia untuk mengangkat strukturalisme pada status system filosofis.
Signifian dan signifie
Pembedaan ini merupakan inti pandangan Saussure tentang tanda. Menurut pendapat popular, suatutanda bahsa menunjukkan benda dalam realitas. Kata pohon misalnya dianggap menunjukkan kepada pohon flamboyant yang berdiri di situ. Tetapi de Saussure menekankan bahwa suatu tanda bahasa bermakna bukan karena refrensinya kepada benda. Lagi pula, menurut de Saussure konsep itu tidak lepas dari tanda bahasa, tetapi termasuk tanda bahsa itu sendiri. Secara popular tidak jarang dipikirkan konsep-konsep mendahului kata-kata, tidak jarang diberi kesan bahwa kita mencari kata-kata bagi konsep-konsep yang sudah ada dalampikiran kita dan bahwa dari situ timbul relasi antara kata dan benda. Pdahal, makna tidak dapat dilepaskan dari kata. Suatu kata tidak pernah merupakan bunyo saja atau sejauh menyangkut bahasa tertulis, tidak pernah merupakan coretan saja. Suatu kata adalah bunyi atau coretan, ditambah suatu makna.
Dari sebab itu menurut Saussure tanda bahasa (seperti misalnya suatu kata) yang dipelajari dalam linguistic, terdiri atas dua unsure yaitu: le significant dan le signifie: the signifier dan the signified. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi: "penanda" dan "yang ditandakan". Significant adalah bunyi yang makna atau cirri yang bermakna. Signifie adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi signifie adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus dioerhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang kongkret kedua unsure tadi tidak dapat dilepaskan.
Langage, parole, dan langue
Agar objek linguistic dapat ditetukan lebih lanjut, Saussure mengemukakan suatu pembedaan lain lagi. Terpaksa kita mengambil alih istilah istilah yang diberikan oleh buku kursus tetang linguistic umum sendiri, sebab di bidang ini kekhususan bahasa prancis tidak mudah diterjemahkan oleh bahasa-bahasa lain. Kalau fenomena bahsa secara umum ditunjukkan dengan istilah langage, maka dalam langage harus dibedakan antara parole dan langue. Dengan kata parole itu dimaksudkan pemakaian bahasa yang individual. Jika kita mencari terjemahannya dalam bahsa inggris, dapat diajukan speech atau language use. Tetapi parole tidak dipelajari oleh linguistic.
Sinkkoni dan diakroni
Anggapan mengenai bahasa system ini membawa kita kepada suatu pembedaan lain lagi yang dikemukakan oleh Saussure. Menurut Saussure, linguistic harus memperhatikan sinkroni sebelum menghiraukan diakroni. Dua kata ini berasal dari bahasa yunani yakni kronos (waktu) dan dua awalan syn dan dia masing masing berarti bersama san melalaui. Maka dari sinkroni dapat dijelaskan sebagai " bertepatan denagn waktu" dadn diakroni adalah dijelaskan sebagai menulusi waktu" diakroni adalah peninjauan historis sedangkan sinkroni menunjukkan pandangan yang sama sekali tidak lepas dari perspektif historis, sinkroni adalah peninjauan ahistoris.
Bahasa dapat dipelajari menurut dua sudut pandang itu, sinkroni dan diakroni. Kita dapat menelusuri suatu bahasa sebagai system yang berfungsi pada saat yang tertentu (dan dengan demikian tidak memperhatikan bagainmana bahsa itu telah berkembang sampai keadaan saat itu) dan kita dapat menyoroti perkembangan suatu bahasa sepanjang waktu. Saussure menekankan perlunya adanya pendekatan sinkronis tentang bahasa, bertentangan denagan ahli-ahli linguistic abad ke-19 yang hamper semua mempraktekkan suatu pendekatan diakronis tentang bahasa, mereka mempelajari bahasa dari sudut pandang komparatif-historis dengan menuluri proses evolusi bahasa-bahasa tertentu, etimologi, perubahan fonetis, dan lain sebagainya.
Struktur
Dalam uraian tentang prinsip-prinsip linguistic Saussure ini istilah "struktur" belum disebut dan juga dalam kursus tentang linguistic umum istilah itu tidk dipakai. Baru sesudah ssaussure istilah struktur mulai dipakai dalam linguistic. Pendekatan structural tentang bahasa mendapat arti: pendekatan yang menganggap bahasa sebagi system dengan cirri-ciri yang dijelaskan diatas. Dengan demmikian, kita telah sampai pada latar belakang strukturalisme prancis. Kata "structural" itu sendiri belum cukup untuk mengerti maksud dan jangkauan strukturalisme, karena kata itu dipakai dalam konteks ilmiah yang berlain-lainan.
Linguistic menjadi "model"
yang dipelopori oleh Saussure hanya merupakan permulaan linguistic modern. Disini tidak mungkin menguraikan bagaimana semangat pembaruan itu diteruskan oleh ahli-ahli lain dan bagaimana pengaruh Saussure bertemu dengan tedeensi-tedensi lain.
Bahasa dianggap sebagai suatu system terlepas dari segala evolusi atau sejarah dan dalam system itu dipelajari relasi-relasi. Denagn itu linguistic telah mendapat objek yang jelas serta metode yang serasi dengan objek itu.
Penutup
Ferdinand de Saussure dengan pemikiran strukturalismenya mampu memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dizaman modern ini, hal ini terasa dalam bidang akademik, walaupun karyanya sedikit dipublikasikan. Namun dengan karya yang sedikit dipublikasikan, ia mampu memberikan pengaruh yang luar biasa.
Kritik
Sebenarnya pengaruh pemikiran de Saussure hanya dalam linguistic atau dalam bidang tata bahasa, sehingga pengaruhnya dalam dunia nyata kurang terasa, pengaruh sangat terasa hanya di lingkungan akademik. Namun pemikirannya yang mencari bahasa bukan hanya dari history tetapi juga ahostory, yakni pemaikan "kata" harus mempunyai makna.

sistem otak pada manusia



otak mengendalikan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian otak adalah

Batang Otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar misalnya pernapasan dan laju denyut jantung. Mengontrol tingkat kesiagaan. Menyiagakan anda terhadap informasi sensorik yang masuk. Mengendalikan suhu. Mengendalikan proses pencernaan. Menyampaikan informasi dari serebelum.

Serebelum atau otak kecil atau otak belakang, mengendalikan gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari.

Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.
Menurut ilmuwan Robert Ornstein "suatu cara untuk mengingat fungsi sistem limbik adalah empat F, yang penting untuk kelangsungan hidup : Feeding (memberi makan), Fighting (berkelahi), Fleeing (melarikan diri), dan reproduksi sosial (F yang satu ini tidak disebutkan oleh sang pengarang buku.. kenapa ya.. :p).

Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar.

Serebum atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebum adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativitas. Fungsi : pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas, pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai korteks serebral. Sifat kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia.

Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum atau yang sering disebut 'otak kiri dan kanan'.

Serebum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu tugas otak kanan dan otak kiri.
tugas otak kanan antara lain irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun, warna, dimensi dan tugas tugas yang membutuhkan kesadaran holistik atau gambaran keseluruhan. Tugas otak kiri antara lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.

Istilah-istilah populer yang memayungi kegiatan belahan otak kiri adalah
- Akademik
- Intelektual
- Bisnis

Belahan otak kanan :
- Artistik
- Kreatif
- Naluriah

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kekuatan dan kelemahan yang berkelanjutan dari keterampilan kortikal setiap orang lebih merupakan fungsi kebiasaan daripada desain dasar otak. Bila seseorang memiliki kelemahan pada area tertentu, kemudian dilatih maka keterampilan dan kekuatan orang tersebut di area-area lain ikut menguat. Misalnya A lemah dalam keterampilan menggambar dilatih menggambar dan melukis, maka kinerja akademisnya akan meningkat secara keseluruhan, terutama pada bidang-bidang seperti geometri dimana persepsi dan imajinasi berperan penting.

Contoh lain adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu melamun yang sangat penting bagi ketahanan hidup otak. Melamun memberi istirahat yang sangat diperlukan kepada bagian-bagian otak yang melakukan pekerjaan analitis dan pengulangan, melatih pemikiran proyektif dan imajinatif dan memberi kita kesempatan untuk mengintehrasikan dan mencipta. Kebanyakan jenisu besar menggunakan lamunan yang diarahkan untuk membantu mereka memecahkan masalah, menghasilkan ide dan mencapai tujuan.

Bila anda hanya mengandalkan salah satu sisi otak dan melalaikan sisi lainnya, anda mengurangi potensi keseluruhan otak secara drastis.