
A.Ferdinand de Saussure Biografi
Lahir 26 November 1857, Jenewa, Switz.-meninggal 22 Februari 1913, Jenewa Swiss ahli bahasa.Meskipun karyanya hanya ditulis muncul ketika ia masih mahasiswa, Saussure menjadi sangat berpengaruh sebagai seorang guru, terutama di Universitas Jenewa (1901-1913.Dua murid-muridnya kembali catatan kuliah dan bahan lainnya Course in General Linguistics (1916), sering dianggap sebagai titik awal dari abad ke-20 linguistik.Dia melihat bahasa sebagai suatu sistem yang terstruktur yang mungkin didekati baik seperti yang ada pada waktu tertentu dan karena perubahan dari waktu ke waktu, dan ia diformalkan prinsip-prinsip dan metode penelitian untuk pendekatan masing-masing.konsep-Nya dapat dianggap sebagai awal dari strukturalisme.
B. DE Saussure dan Semiologi
Setelah De Saussure meninggal (1915), terbit bukunya yang terkenal berjudul Cours de Linguisti1que Generale. Buku yang membawa perubahan mendasar bagi bidang linguistik ini, merupakan catatan peserta kuliah Linguistik umum de Saussure.
Sumbangan de Saussure bagi semiologi pertama-tama adalah penekanan pentingnya suatu ilmu tanda yang tercantum dalam kata pengantar bukunya. Kedua, ia mengembangkan definisi tanda bahasa yang kemudian dikembangkan lagi oleh pengikut strukturalisme dalam suatu sisitem tanda yang lebih luas.
C. Pengertian Dasar Linguistik Umum Ferdinand de Saussure
Pengertian dasar linguistik de Saussure bertolak dari sederetan dikotomi (pasangan definisi yang beroposisi). Adapun yang akan dibahas di sini bukanlah linguistik de Saussure, melainkan inti semiologi yang juga menjadi dasar konsep linguistiknya.
1 Dikotomi “Parole” dan “Lanque”
Menurut de Saussure, langue adalah suatu sistem kode yang diketahui oleh semua anggota masyarakat pemakai bahasa tersebut. Adapun parole adalah penggunaan bahasa secara individual.
Secara implisit dapat ditangkap bahwa langue dan parole beroposisi, tetapi sekaligus juga saling tergantung. Itu berarti bahwa tidak ada yang lebih utama. Di satu pihak sistem yang berlaku dalam langue adalah hasil produksi dari kegiatan parole, dan di lain pihak pengungkapan parole serta pemahamannya hanya mungkin berdasarkan penelusuran sebagai sistem.
2 Dikotomi “Signifiant” (Penanda) dan “Signifie” (Petanda) dalam “Langue”
Salah satu ciri dasar signifiant dan signifie sebagai bagian dari tanda dan tanda itu sendiri adalah sifatnya yang relatif. Justru karena langue adalah suatu sistem, bagian dari tanda itu dan tanda itu sebagai kesatuan, maka langue mendapatkan identitas dari arti hanya karena menjadi bagian dari sistem semacam itu.
Masih berkaitan dengan tanda bahasa, de Saussure berpendapat bahwa ciri dasar tanda bahasa adalah arbitraritas (kesemenaan) absolut. Ini dipertentangkannya dengan tanda bahasa yang mempunyai motivasi. Tanda bahasa jenis itu disebutnya simbol.
Arbitraritas tanda bahasa ini tercermin dalam pembentukan signifiant dan signifie secara sembarangan. Bertentangan dengan itu pada simbol ada kaitan antara signifiant dan signifie.
Dalam perkembangan pengertiannya untuk de Saussure, tanda adalah simbol, sedangkan simbol di bidang semiotika dalam pengertian de Saussure disebut ikon.
3 Dikotomi antara Sintagma dan Paradigma
Ciri dasar lain dari langue adalah susunannya yang linear dan berlangsung dalam waktu. Ini membedakannya dari sistem yang tanda-tandanya bersifat ruang. Hubungan dari penanda akuistis ini hanya ada dalam garis waktu karena unsur-unsurnya dilafalkan satu persatu dan membentuk suatu rangkaian. Jenis hubungan semacam ini disebut de Saussure sintagma. Sintagma dipertentangkannya dengan hubungan asosiatif dari tanda serupa yang dapat dipertukarkan dalam sintagma. Hubungan asosiatif dari tanda disebutnya paradigma.
Aspek sintagma dan paradigma bahasa harus dibedakan dari aspek perkembangan waktu. Dengan melihat perkembangan sepanjang masa, kita mengkaji bahasa dengan pendekatan diakronis. Di lain pihak dengan mengkaji bahasa pada suatu masa tertentu, kita mengkaji dengan pendekatan sinkronis.
Di mulai dengan dikotomi perole dan langue, de Saussure membedakan aspek intern dan ekstern dari linguistik. Sifat sistem intern bahasa digambarkannya melalui pembentukan satuan dalam oposisi dari penanda dan petanda, yang mendapatkan identitasnya melalui posisinya dalam struktur sistem tersebut. Tanda bahasa dibedakan de Saussure antara tanda bahasa semena absolut, tanda bahasa yang tidak semena absolut, dan tanda bahasa bermotivasi yang merupakan simbol. Sintagma linear bahasa, yang bersifat waktu, dipertentangkannya dengan asosiasi paradiogma yang susunannya bersifat ruang.
D. Generalisasi Pengerian Dasar Semiologi Dewasa ini
Untuk dapat memberi gambaran dari keadaan semiologi dewasa ini perlu disinggung pokok-pokok lain yang memperluas pengertian-pengertian yang telah dimulai de Saussure.
“Parole”, Isyarat, dan Instrumen
Dalam generalisasi de Saussure terbukti bahwa kegiatan bicara (parole) memegang peranan penting. Melalui kegiatan bicara yang bersifat kongkret terbentuk suatu sisitem bahasa yang bersifat abstrak. Semiologi seperti halnya linguistik terjadi dalam praktik komunikasi.
Dalam semiologi di bidang komunikasi, Buyssens dan Prieto menggunakan istilah isyarat untuk parole. Maksudnya adalah fakta yang langsung dapat ditangkap, dan di samping itu masih memberikan informasi tambahan tentang fakta-fakta lain yang tidak dapat ditangkap secara langsung. Semua isyarat komunikasi juga merupakan tada adanya indikasi; indikasi bukkan saja menunjukkan adanya pengiriman, melainkan juga “membocorkan” siapa/apa pengirimnya. Namun, tidak semua indikasi memberi isyarat supaya dipahami.
Manusia dalam kegiatan berkomunikasi menggunaan instrumen. Isyarat adalah hal khusus dalam aksi komunikasi dari sebuah instrumen. Prieto yang dipengaruhi de Saussure, memandang isayarat sebagai kejadian khusus dari realisasi yang bersifat instrumental untuk mewujudkan aksi khusus dari komunikasi.
E.Strukturalisme Ala Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure merupakan filosof kontemporer karena ia muncul pada awal abad keduapuluhan, ia sangat sedikit mempublikasikan karyanya. De Saussure merupakan filosof yang meletakkan dasar linguistic atau ilmu tentang tatabahasa, karena karyanya tersebut de Saussure dapat dikenal dengan ilmu linguistiknya. Sebagai seorang filosof, ia sangat memberikan kontribusi dalam kehidupan manusia sekarang ini, lebih-lebih dalam dunia akademik yani ilmu linguistic.
F.Struktualisme
Strukturalisme adalah cara filsafat yang mendasari semua pemikiran abad modern ini, dan linguistik merupakan salah satu ilmu yang paling sistematis dalam bidang humaniora. Akar strukturalisme adalah filsafat bahasa Saussure yang pada umumnya karyanya diabaikan sampai tahun lima puluhan hingga enam puluhan, ia menangkap makna pengamatan terhadap struktur bahasa, dari pada logika jalan. Pada tahun 1960-an strukturalisme telah menjadi model diparis, bagian dari metode filsafat yang pernah dijuluki “kelokan linguistic”, secara sederhana strukturalisme adalah pandangan bahwa setiap wacana, baik wacana filsafat maupun lainnya adalah sekedar sebuah struktur didalam bahasa tidak lebih. Teks tidak memberikan sesuatu yang lain kecuali teks itu sendiri, tidak ada lainnya dibalik bahasa.
Ferdinand de saussure (1857-1913) telah meletakkan dasar linguistik modern. Dia adalah orang swiss yang untuk beberapa waktu mengajar di paris dan akhirnya menjadi professor di jenewa, dimana ia mendirikan apa yang disebut dengan madzab jenewa. Selama hidupnya ia mempublikasikan sedikit karangannya. Buku yang mengkibatkan namanya menjadi tersohor di bidang linguistik ditebitkan secara anumerta oleh dua orang muridnya dan diberi judul Cours de linguistique general (1916) kursus tentang linguistic umum. Beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik yang diuraiakan dalam buku tersebut. Disini tidak mungkin dan tidak berguna pula mengutarakaan teori Saussure secara keseeluruhan, cukuplah kiranya jika kita membatasi diri pada tiga distingsi atau pembedaan yang untuk pertama kali diperkenalkan de Saussure dan memainkan peran penting sekali dalam strukturalisme, yaitu significant dan signifie, lantas langage, parole, langue, dan akhirnya sinkroni dan diakroni.
Karya yang terkenal dari de Saussure adalah Course in general Linguistic, yang tersusun dari catatan kuliah serta catatan murid-muridnya mungkin bisa dilihat sebagai bagian dari pemenuhan keyakinan de Saussure bahwa bahasa itu sendiri harus ditinjau ulang agar linguistik memiliki landasan yang mantap.
Seperti yang ditunjukkan Course, dalam sejarah linguistik, pendekatan Saussure pada umumnya dianggap menentang dua pandangan kontemporer yang berpengaruh tentang bahasa. Yang pertama adalah yang diusulkan pada tahun 1660 oleh lancelot dan gramaire de port-royal, karya dari arnaud, dimana bahasa dilihat sebagai cerminan pikiran dan didasarkan atas logika universal. Bagi ahli tata bahasa portroyal, pada dasarnya bahasa bersifat rasional. Pandangan kedua dating dari ilmu linguistic abad kesembilan belas, dimana sejarah bahasa tertentu dianggap bisa menjelaskan situasi bahasa pada masa ke masa.
Tanda dan konsep, suatu tanda bahsa bermakna bukan karena refrensinya pada benda dalam kenyataan. Yang ditandakan dalam tanda bahasa bukan benda, melainkan konsep tentang benda, suatu konsep tidak lepas dari tanda bahasa, tetapi termasuk tanda bahsa itu sendiri. Suatu kata adalah bunyi atau coretan, ditambah denagan suatu makna.
Penandaan yang ditandakan, penanda (signifiant) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Significant adalah aspek material dari bahsa, yaitu apa yang diaktakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Yang ditandakan (signifie) adalah gambaran mantal, fikiran atau konsep. Signifie adalah aspek mental dari bahasa. Tanda dan bahasa selalu mempnyai segi yaitu significant dan signifie. Suatu significant tanpa signifie tidak ada artinya dank arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu signifie tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari significant. Yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan demikian merupakan suatu factor linguistic.
Bahasa individual dan bahsa bersama. Gejala bahsa secara umum dinyatakan denag istilah langage. Dalam langage dibedakan antara parole dan langue. Parole dimaksudkan sebagai pemakaian bahsa yang individual. Parole tidak dipelajari oleh linguistic. Linguistic menyelidiki unsure lain dari langage yaitu langue. Langue dimaksudkan sebagai bahsa sejauh milik bersama dari suatu golongan bahsa tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua individu yang berbicara dengan bahasa itu.
Bahasa swebagai bentuk, bahsa bukan subtansi melainkan bentuk. Bahan-bahan yang menyusun suatu bahasa tidak berperan, yang penting dalam bahasa adalah aturan-aturan yang menyusunnya. Yang penting adalah susunan unsure-unsurnya dalam hubungannya satu sama lain, yang penting adalah relasi-relasi dan oposisi-oposisi yang membentuk system tersebut.
Tepat menurut waktu dan menelusuri waktu, bahasa dapat dipelajari menrut dua sudut sinkron dan diskroni, sinkroni berarti “bertepatan menurut waktu” dan diakron “menelusuri waktu”. Diskroni adalah peninjauan historis, sedangkan singkroni menunjukkan pandangan yang lepas dari perspektif historis, singkron adalh peninjauan ahistoris.
Struktur dalam bahasa, istilah struktur berkaitan dengan bahasa sebagai system. Pendekatan structural tentang bahasa mengandung arti pendekatan yang menganggap bahasa sebagai system denagn cirri-ciri tertentu, pemakaian kata “struktur” dalam strukturalisme disertai oleh seluruh konteks yang telah diuraikan yaitu significant-signifie, parole-langue, sinkronidiakroni.
Strukturalisme
Structuralism adalah sebuah kata dari bahasa inggris yakni struere (membangun). Structura berarti bentuk bangunan. Yakni sebuah sudut pandang, filsafat atau gerakan filosofis dewasa ini, ajaran pokoknya adalah semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan yang tetap.
Tujuan
Trend metodologis ilmiah ini menetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek. Strukturalisme dikembangkan oleh beberapa ahli humanoria (linguistic, kritik sastra, psikologi dll). Pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis denagan menggunakan metode-metode riset structural yang dihasilakan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu alam lainnya.
Ciri khas strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan actual objek melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instriknya yang tidak terikat oleh wktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsure-unsur system tersebut melalui pendidikan. Berangkat dari seperangkat fakta yang diamati pada permulaanya, strukturalisme menyingkapi dan melukiskan struktur inti dari suatu objek (hieraerkinya, kaitan timbale balik antara unsure-unsur pada setiap tingkat), dan lebih lanjut menciptakan suatu model teoritis dari objek tersebut.
Daintara factor-faktor yang memajukan perkembangan strukturalisme di dalam bebrapa ilmu ialah diciptakannya semiotic, ide-ide Ferdinand de Saussure dalam linguistic, ide-ide levi-strauss dalam etnologi, dan L.S. vygtsky dan piaget dalam psikologi, serta tampilnaya metalogika dan metamatematika ( Frege, Hillbert).
Bila diterapkan pada ilmu-ilmu individual, metode-metode structural mengakibatkan akibat-akibat positif: misalnya dalam linguistic pendekatan ini membantu membuat suatu deskripsi tentang bahasa yang tidak tertulis, membuat sandi prasati dalam bahasa, dll.
Gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmua alam. Akan tetapi introduksi metode structural dalam bermacam macam bidan pengetahuan menimbulkan upaya yang sia-sia untuk mengangkat strukturalisme pada status system filosofis.
Signifian dan signifie
Pembedaan ini merupakan inti pandangan Saussure tentang tanda. Menurut pendapat popular, suatutanda bahsa menunjukkan benda dalam realitas. Kata pohon misalnya dianggap menunjukkan kepada pohon flamboyant yang berdiri di situ. Tetapi de Saussure menekankan bahwa suatu tanda bahasa bermakna bukan karena refrensinya kepada benda. Lagi pula, menurut de Saussure konsep itu tidak lepas dari tanda bahasa, tetapi termasuk tanda bahsa itu sendiri. Secara popular tidak jarang dipikirkan konsep-konsep mendahului kata-kata, tidak jarang diberi kesan bahwa kita mencari kata-kata bagi konsep-konsep yang sudah ada dalampikiran kita dan bahwa dari situ timbul relasi antara kata dan benda. Pdahal, makna tidak dapat dilepaskan dari kata. Suatu kata tidak pernah merupakan bunyo saja atau sejauh menyangkut bahasa tertulis, tidak pernah merupakan coretan saja. Suatu kata adalah bunyi atau coretan, ditambah suatu makna.
Dari sebab itu menurut Saussure tanda bahasa (seperti misalnya suatu kata) yang dipelajari dalam linguistic, terdiri atas dua unsure yaitu: le significant dan le signifie: the signifier dan the signified. Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi: "penanda" dan "yang ditandakan". Significant adalah bunyi yang makna atau cirri yang bermakna. Signifie adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi signifie adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus dioerhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang kongkret kedua unsure tadi tidak dapat dilepaskan.
Langage, parole, dan langue
Agar objek linguistic dapat ditetukan lebih lanjut, Saussure mengemukakan suatu pembedaan lain lagi. Terpaksa kita mengambil alih istilah istilah yang diberikan oleh buku kursus tetang linguistic umum sendiri, sebab di bidang ini kekhususan bahasa prancis tidak mudah diterjemahkan oleh bahasa-bahasa lain. Kalau fenomena bahsa secara umum ditunjukkan dengan istilah langage, maka dalam langage harus dibedakan antara parole dan langue. Dengan kata parole itu dimaksudkan pemakaian bahasa yang individual. Jika kita mencari terjemahannya dalam bahsa inggris, dapat diajukan speech atau language use. Tetapi parole tidak dipelajari oleh linguistic.
Sinkkoni dan diakroni
Anggapan mengenai bahasa system ini membawa kita kepada suatu pembedaan lain lagi yang dikemukakan oleh Saussure. Menurut Saussure, linguistic harus memperhatikan sinkroni sebelum menghiraukan diakroni. Dua kata ini berasal dari bahasa yunani yakni kronos (waktu) dan dua awalan syn dan dia masing masing berarti bersama san melalaui. Maka dari sinkroni dapat dijelaskan sebagai " bertepatan denagn waktu" dadn diakroni adalah dijelaskan sebagai menulusi waktu" diakroni adalah peninjauan historis sedangkan sinkroni menunjukkan pandangan yang sama sekali tidak lepas dari perspektif historis, sinkroni adalah peninjauan ahistoris.
Bahasa dapat dipelajari menurut dua sudut pandang itu, sinkroni dan diakroni. Kita dapat menelusuri suatu bahasa sebagai system yang berfungsi pada saat yang tertentu (dan dengan demikian tidak memperhatikan bagainmana bahsa itu telah berkembang sampai keadaan saat itu) dan kita dapat menyoroti perkembangan suatu bahasa sepanjang waktu. Saussure menekankan perlunya adanya pendekatan sinkronis tentang bahasa, bertentangan denagan ahli-ahli linguistic abad ke-19 yang hamper semua mempraktekkan suatu pendekatan diakronis tentang bahasa, mereka mempelajari bahasa dari sudut pandang komparatif-historis dengan menuluri proses evolusi bahasa-bahasa tertentu, etimologi, perubahan fonetis, dan lain sebagainya.
Struktur
Dalam uraian tentang prinsip-prinsip linguistic Saussure ini istilah "struktur" belum disebut dan juga dalam kursus tentang linguistic umum istilah itu tidk dipakai. Baru sesudah ssaussure istilah struktur mulai dipakai dalam linguistic. Pendekatan structural tentang bahasa mendapat arti: pendekatan yang menganggap bahasa sebagi system dengan cirri-ciri yang dijelaskan diatas. Dengan demmikian, kita telah sampai pada latar belakang strukturalisme prancis. Kata "structural" itu sendiri belum cukup untuk mengerti maksud dan jangkauan strukturalisme, karena kata itu dipakai dalam konteks ilmiah yang berlain-lainan.
Linguistic menjadi "model"
yang dipelopori oleh Saussure hanya merupakan permulaan linguistic modern. Disini tidak mungkin menguraikan bagaimana semangat pembaruan itu diteruskan oleh ahli-ahli lain dan bagaimana pengaruh Saussure bertemu dengan tedeensi-tedensi lain.
Bahasa dianggap sebagai suatu system terlepas dari segala evolusi atau sejarah dan dalam system itu dipelajari relasi-relasi. Denagn itu linguistic telah mendapat objek yang jelas serta metode yang serasi dengan objek itu.
Penutup
Ferdinand de Saussure dengan pemikiran strukturalismenya mampu memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dizaman modern ini, hal ini terasa dalam bidang akademik, walaupun karyanya sedikit dipublikasikan. Namun dengan karya yang sedikit dipublikasikan, ia mampu memberikan pengaruh yang luar biasa.
Kritik
Sebenarnya pengaruh pemikiran de Saussure hanya dalam linguistic atau dalam bidang tata bahasa, sehingga pengaruhnya dalam dunia nyata kurang terasa, pengaruh sangat terasa hanya di lingkungan akademik. Namun pemikirannya yang mencari bahasa bukan hanya dari history tetapi juga ahostory, yakni pemaikan "kata" harus mempunyai makna.
Ini anda kutip langsung dari buku ya, mirip banget. "Titik, koma paragraf dll". Tolong hargai penulis yah.
BalasHapus